http://beritapendidikan.com
Alih teknologi dorong keahlian siswa SMK
oleh : Hilda Sabri Sulistyo
JAKARTA (bisnis.com): Alih teknologi China di bidang manufaktur mendorong siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia mampu merakit berbagai mobil, motor, suku cadang, mesin maupun barang elektronik.
Sedikitnya tiga SMK di Jawa Timur dan Jawa Tengah mampu merakit mobil dan satu diantaranya telah menyelesaikan seluruh proses perakitan dengan menghasilkan fan car produksi murid SMK 6 Malang, ujar Joko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Depdiknas, hari ini
Siswa SMK lainnya yang tengah menyelesaikan mobil rakitan adalah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Magelang. Mereka sedang merampungkan perakitan mobil SUV yang diberi nama Esemka SUV, sedangkan SMK Singosari Malang membuat mobil pick-up yang dijadwalkan rampung pada Mei.
Kemampuan siswa SMK lainnya adalah merakit computerical numerical control (CNC) yang sudah dijual dengan nama produk Headman SMK, suatu mesin untuk membuat segala macam mesin manufaktur lainnya yang dirakit dari China pula.
Menurut Joko, sikap pemerintah China yang terbuka dan banyak memberikan alih tekhnologi kepada Indonesia membuat tiga tahun terakhir siswa SMK mengalami kemajuan yang pesat.
Sementara itu, Jepang yang telah lama berinvestasi di Indonesia di bidang otomotif dan elektronik tidak segencar China dalam melakukan alih tekhnologi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Joko, mengirimkan utusan ekonominya ke China untuk membahas peluang kerjasama kedua negara termasuk pengadaan alat untuk SMK.
Pihaknya optimistis siswa SMK ke depan akan mampu membuat produk manufaktur sehingga Indonesia juga dapat mengekor kesuksesan China. Soalnya kemajuan tekhnologi manufaktur China kini sudah dapat dipelajari oleh siswa SMK sehingga mereka mampu membuat berbagai mesin perkakas, suku cadang mobil, motor, membuat komputer, laptop, LCD dan beragam barang elektronik lainnya hingga traktor pertanian.
Realitas ini mematahkan asumsi Bank Dunia yang mengatakan SMK tidak dibutuhkan oleh Indonesia. Dalam penelitian Bank Dunia-Bappenas yang dipresentasikan bulan lalu mengenai Education Sector Assesment (ESA) intinya merekomendasikan agar Indonesia tidak perlu membangun banyak SMK.
Persepsi Bank Dunia itu salah, ujarnya, karena justru dunia kerja (industri) malah membutuhkan lulusan SMK ketimbang SMA (3:1). Oleh karena itu sejumlah pemerintah daerah di Indonesia seperti Kaltim, Jateng, Provinsi Riau justru akan memacu pembangunan SMK dan tidak menambah jumlah SMA.
Pihaknya mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati atas persepsi keliru yang disampaikan oleh pendonor seperti Bank Dunia maupun pihak asing lainnya karena jika Indonesia ingin menjadi negara maju dan tidak tergantung pada negara donor maka justru harus mencetak SDM siap pakai dari SMK.
Kini siswa SMK sudah mampu membangkitkan berbagai sektor bukan hanya di bidang manufaktur tetapi juga pertanian, peternakan, perdagangan ritel. Ada SMK yang punya peternakan bebek, ayam, perkebunan melon, budi daya rumput laut, kata Joko. (tw)
Sumber: bisnis.com
http://web.bisnis.com/umum/pendidikan/1id110131.html
Saran Webmaster: Hati-Hati !
'Merakit' : Mohon jangan lupa bahwa robot (robotics) dapat merakit mobil maupun barang elektronik.
Apa maksudnya, tenaga di Indonesia masih lebih murah daripada robot?
Negara yang cerdas bukan negara yang dapat 'merakit' tetapi negara yang dapat meneliti, merancang, desain, dan meningkatakan kreativitasnya, kan?
Mengapa negara seperti China, yang sangat kompetitif tidak takut melatih dan membagi keterampilan kepada negara yang berharap menjadi kompetitor?
Apakah ini benar 'memberikan alih tekhnologi' atau salah satu cara untuk masuk pasaran di Indonesia?
Salam Pendidikan |