JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan bermain dan berkumpul dengan teman-teman sebayanya, anak-anak korban bencana Situ Gintung diharapkan dapat melupakan kejadian traumatis yang baru saja mereka alami.
"Bergaul dengan teman-teman sebaya, sedikit banyak dapat mengobati psikis anak, anak-anak melihat ada teman sebaya yang masih bisa bercanda dengan mereka, mereka akan terbawa dalam suasana ceria itu. Ini yang dinamakan social learning," kata psikolog anak, Seto Muliadi, yang ditemui di Trauma Center Wisma Kerta Mukti, Jumat (3/4) siang.
Menurut Seto, pemulihan trauma pascabencana Situ Gintung ini tidak akan terlalu lama seperti bencana Aceh ataupun Yogya. Karena lokasi bencana dekat dengan pusat perbelanjaan sehingga pengungsi masih mempunyai tempat hiburan.
Untuk membantu proses penyembuhan psikis anak-anak pengungsi, Seto menggandeng sekitar 20 orang psikolog. Menurutnya, kondisi traumatis pada masing-masing anak berbeda. "Ada yang sampai murung dan terus menyendiri. Namun, rata-rata mereka tidak mengalami trauma yang parah," kata Seto.
Pada trauma center tersebut, anak-anak diberi aktivitas yang menyenangkan, seperti menggambar, bercerita maupun permainan lainnya. Anak-anak juga dihibur dengan tingkah laku kakak pembimbing yang terkadang melontarkan lelucon. Bahkan Kak Seto juga memeragakan keahlian menyulapnya.
Rencananya trauma center yang berlokasi di Wisma Kertamukti tersebut akan dibuka selama satu bulan ke depan.
Headline Judul : |